Rabu, 18 Januari 2012

Berkaca Pada Karya Anak Bangsa ini...

Tulisan berikut adalah pembuka blog Karya Anak Bangsa, dimana karya-karya kreatif, prestasi -prestasi dari anak bangsa Indonesia yang demikian banyaknya dan seolah-olah terpendam, akan diterbitkan di blog Karya Anak Bangsa ini. 

Saat kulihat video animasi karya anak bangsa Indonesia yang berjudul Lakon Pada Suatu Ketika...luar biasa hebat! Detail, Rumit tapi tetap "kena" dengan jalan ceritanya. Tanpa harus ada bantuan suara narasi seperti di sinetron-sinetron murahan. Karakternya, mimiknya, angle nya....wuihhh kereeen!!!! "Ga harus tuh...tampang di merengut-merengutin", laki-laki pake gincu, pemeran full bedak, kalau ga marah-marah yah nangis...standar India banget, seperti di sinetron-sinetron yang bertebaran di TV."


Oya...(Oya terpanjang, yang masuk sendiri dan tidak bisa dibendung)...aku tau video ini dari pemain bass-ku yang kebetulan juga orang film, ahli spesial efek yang biasa di "pake" oleh sutradara asing yang konon lebih profesional dan lebih bisa menghargai bawahan bila dibandingkan dengan kebanyakan sutradara "lokal"..
Kalau denger cerita "pembuatan" sinetron yang pernah diikutinya (yang telah membuatnya tobat untuk ikut proyek sinetron lagi), "...asli sedih banget, bener-bener uang aja isi otaknya, kejar tayang, yang penting jadi!!...soal peran bagus, profesionalisme, kenyamanan & kesejahteraan kru...ga tersentuh, kalau ga di tegor. Apalagi bicara karya...Nol Besar!" Dan sedihnya sinetron-sinetron itu sukses pula meracuni anak-anak kecil dan emak-emak rumahan. Istilah pemain bass-ku "Keren doang, tapi ga ada isinya, lebih nyata dan hebat kerjaan kuli sindang!"
Kenapa Pemerintah tidak mikir kesana yah? Apa terlalu sibuk? Atau memang ga kepikiran! Apalagi di jaman propaganda seperti sekarang ini, bukankah dengan menampilkan dan menghargai karya dan prestasi anak bangsa bisa menjadi alat penangkal propaganda sepihak dari luar.

Tengoklah propaganda mereka yang sukses mencuci otak anak-anak kita bahwa bangsa barat lebih unggul dari bangsa-bangsa lainnya. Kalah perang saja bisa jadi menang walau hanya di film Rambo, atau film-film action lainnya yang hanya dengan pemerannya yang tampan atau yang cantik, duel menggunakan alat-alat perang & tekhnologi canggih bisa membuat kesan seolah-olah begitulah kecanggihan di barat, atau adegan esek-esek, hura-hura, individualisme, vandalisme, konsumtif, narkoba sampai melawan orang tua...yang sering di selipkan di film-film mereka...sukses ditiru anak-anak kita, seolah-olah begitulah yang benar, begitulah yang keren.

Kita sangat-sangat butuh pemimpin yang bisa menaikkan citra bangsa besar ini, yang percaya diri membawa rakyatnya. Meminjam kata almarhum H.Bokir, Legendaris Lenong Indonesia: "Nih gua Sanggup!"
Bung Karno saat beliau membangun jalan Asia Afrika, Senayan-Jakarta, protes berdatangan, buat apa bikin jalan selebar itu! Tapi lihat sekarang!!! Kecil nya jalan itu!!! Sejauh itulah pemikiran beliau. Belum lagi "peninggalan" beliau yang lainnya, yang masih ter-besar sampai saat ini. 
  • Lalu lihat jalan Pantura yang sejak dahulu kala sampai saat ini tambal-sulam melulu, atau jalan-jalan lain yang dibangun bukan untuk dipakai sampai tujuh generasi, tapi dibuat seadanya (baca asal jadi) agar "proyek berlanjut". Malah memberi kesan seolah-olah tidak ada ahli pembuat jalan di Negeri ini, seolah-olah tidak ada yang bisa "ngurusin" soal semacam itu di Negeri ini.
  • Atau sepeda motor, yang sudahlah kridit (utang), tanpa uang muka pula, yang membanjir seperti domba-domba karena tidak adanya angkutan masal yang super cepat, murah, dan jalurnya memenuhi kebutuhan rakyatnya, bukan kebutuhan pembangunnya! Sementara disaat yang sama...sepeda motor "yang ditarik" dealer juga menumpuk seperti sampah! "Lha wong beli beras aja susah, malah ditawari motor, syarat ga lengkap aja bisa lewat dengan pelicin yang bernama U.A.N.G!"
  • Atau Pameran Mobil-mobil mewah yang selalu laku habis (sold out), Ponsel-ponsel branded yang tidak satu kali melakukan penjualan perdananya di negri ini,
  • Atau ratusan pasar swalayan (baca MOL) luar negri yang menancapkan kukunya di negri ini. Yang menjajakan kemewahan, sementara pelayan-pelayan Mol tersebut, yang bekerja di Mol tersebut makan siang di warung kumuh di balik Mol. Pelayan/Pekerja yang 90 % wanita (baca: es pe ge), yang diwajibkan tampil "seksi", berbedak, bergincu tebal seperti ondel-ondel, yang jutaan jumlahnya...lihatlah motor-motor suami mereka, yang gantian jadi ibu rumah tangga, yang "numpuk" di pinggir Mol pada saat jam tutup Mol, yang bergerombol memenuhi jalan-jalan kota besar setiap malam tak kenal tanggal merah,
  • Lihat lagi Banjirnya Konser Konser artis luar! Entah kenapa aku jadi teringat kisah Frank Sinatra yang di dukung Mafia untuk tujuan cuci uang, 
  • Atau Banjir beneran di kota-kota besar Indonesia, yang seolah-olah...Negeri penyumbang Pemasukan-Tetap ke negara Arab Saudi, dengan jumlah Jemaah Hajinya yang terbesar di dunia ini...tak mampu membuat gorong-gorong raksasa untuk drainase seperti yang dibangun penjajah dulu! Jangankan mikirin menegakkan peraturan untuk jalan air....pembangunan jalanan beton, apartermen, lapangan golf & mol yang jelas jelas tidak menyerap air atau malah memotong sungai saja terus dibangun. Lihatlah kampung kumuh di belakang bekas Golden Truly - Jl. Fatmawati, Jakarta Selatan, yang sampai sekarang terus "menikmati" banjir setinggi dada, sejak sungai di dekatnya di "belokkan" bangunan beton nan angkuh puluhan tahun lalu. Dan masih banyak tempat lainnya yang menderita seperti itu. 
Yang lebih menyedihkan,  begitu mudah pemimpin-pemimpin, orang-orang tua, yang harusnya menjadi panutan kita "mendalihkan" itu semua dengan kata Kemajuan!

Kemajuan macam apa? Tak usahlah sampai ke pedalaman hutan Papua! Baru beberapa kilometer dari kota besar saja sudah kontras pemandangannya...Pasarnya yang kumuh, Angkutan Becak & Delman yang masih ada! Jaringan Listrik antar rumah yang "pake" kabel biasa dan centang-perenang dari rumah ke rumah! Kompor Arang! Air minum yang keruh! Rumah berdinding bilik reot! Kamar Mandi Umum yang kumuh! Anak-anak kecil yang tak kenal alas kaki sedang buang hajat di pinggir selokan jalan. Kalau kata alhamrhum H.Bokir, Legendaris Lenong Indonesia: "Sangat Bedanya!"

"Yah begitulah adanya, peraturan sih pasti ada, bagus-bagus dan hebat-hebat malah redaksinya, tapi Pelaksanaannya? Kitab Suci yang buatan Tuhan saja bisa di-tidak-patuhi, apalagi peraturan yang buatan manusia!"

Dan yang lebiiiih  menyedihkan lagi, anak-anak belia penerus bangsa besar ini, baru saja di tegur:
"Adik jangan makan sambil jalan yah!" atau 
"Adik, jangan buang sembarangan begini yah sampah bekas jajanannya, itu ada tong sampah!" 
dengan santainya melengos sambil berkata "Biasa aja kaleee!!!"   Huuuft, entah karena efek dari susu kaleng karena ibunya lebih memilih sibuk bekerja dari pada menyusui anaknya dengan ASI nya yang "full elemen kecerdasan", atau memang sudah begini "Trend" perduli anak sekarang.

Semoga takkan selamanya begini, semua serba kebarat-baratan! Habis negeri ini dikeruk, diperas, dijadikan pula keranjang sampah dari segala produk-produk luar.  Apa apa uang, Semuanya demi uang, Tak ada lagi Persaudaraan! Nilai-nilai Kemanusiaan dan Kebangsaan terus terkikis dengan budaya uang! Apalagi bicara harga diri dan martabat bangsa!

Ga usahlah anak anak remaja yang ditanya presenter TV "Siapa pahlawan wanita Indonesia pujaan kamu? lalu dengan "PD" nya menjawab "Srikandi"  [Wew!!!]
Anggota DPR yang mantan artis saja ga malu tuh, ga tau pas ditanya soal buku panduan dasar anggota DPR oleh Jon Pantau. [Gubrag!!!]

Bukankah di Negeri tercinta ini harga DVD Player lebih murah dari harga Sekarung Beras!
Atau celana buatan buruh dari Negeri ini, dibawa "keluar", diberi merek, lalu dijual lagi ke Negeri ini dengan harga yang selangit!
Bukankah Pemuda-Pemudi Kampung yang lugu dan minim sekolah berangkat ke kota atau keluar negeri, bekerja menjadi Babu (baca TKI), yang lalu karena bodohnya tak sedikit dari mereka yang disiksa majikannya yang berbeda status sosial, bahasa dan budaya. Mereka tetap terpaksa mau jadi TKI karena sawah, kebun dan ternaknya sudah tak bisa lagi  menjadi sumber rizki untuk sandaran hidup seperti dulu.
Karena sekarang beras dan cabe dari "luar" lebih murah 
dan lebih dipilih untuk dibeli oleh orang-orang kota, 
Karena sekarang buah dan sayur mayur dari "luar" lebih murah, lebih "lucu-lucu" 
dan lebih dipilih untuk dibeli oleh orang-orang kota, 
Karena sekarang daging dan susu dari "luar" lebih murah, lebih "keren"
dan lebih dipilih untuk dibeli oleh orang-orang kota, 
Toh..
Asam Jawa bukan dari Pulau Jawa lagi tapi dari luar negeri,
Mungkin sebentar lagi Gula Merah jadi Gula Biru atau Gula Ungu!!! Dan pastinya bukan produk dalam negeri!!!
Bukankah "tokoh" yang tersangkut kasus korupsi, em-em-an, sampai te-te-an, dengan "tanpa perasaan" bolak-balik "shoping" (baca berobat) keluar negri, atau dengan "tanpa rasa bersalahnya" haha hihi dengan untaian anting & kalung berliannya, "majang" di TV usai nonton konser artis luar yang puluhan juta harga tiketnya! (Sementara artis dan seniman legendaris bangsa ini hidup miris dalam rumah kontrakan di ujung usia lepas masa jayanya). Ga ada tuh ngomong minta maaf atau merasa bertanggung jawab atau apalah, yang lebih berwibawa, tinggal ngomong aja...ga mau! Nenangin Rakyat! Ga usahlah sampe bunuh diri seperti yang dilakukan petinggi-petinggi di negeri Jepang...ga usah!!! Tinggal ngomong doang!

Tapi aku yakin, seyakin-yakinnya, pasti masih banyak, bahkan lebih banyak orang-orang baik di Negeri Indonesia yang kucintai ini, cuma kalah nyaring saja dengan propaganda keburukan. Toh pendiri-pendiri bangsa ini orang-orang baik, bahkan tidak sedikit dari mereka yang di kategorikan orang-orang suci, yang telah mengorbankan harta dan nyawanya demi MERDEKA-nya negeri ini,
MERDEKA dengan LANGIT-TANAH-AIRNYA
MERDEKA dengan KEBANGSAANNYA
MERDEKA dengan KE-ANEKA-RAGAM-AN BUDAYANYA
MERDEKA dengan TOLERANSI UMAT BERAGAMANYA
MERDEKA dengan RASA PERSATUANNYA
MERDEKA dengan TUJUANNYA UNTUK MENGGAPAI KESEJAHTERAAN 
& KEADILAN BERSAMA-SAMA
Dan doa mereka itu telah menyertai pengorbanan mereka bahkan kematian mereka. Sehingga mau-tidak mau, suka tidak suka, bumi pertiwi ini akan menolak atau enggan dengan semua bentuk kerusakan yang terjadi di pangkuannya!

"Marilah kita kembali pada nilai-nilai luhur bangsa kita, yang saling perduli, saling berbagi, saling menghormati dan saling kasih mengasihi. Jangan masing-masing seperti sekarang ini! Ga kena buat kita"

Dan yang lebih keren lagi ternyata Lakon, nama studio pembuat video animasi tersebut tidak ada tujuan komersial, karena mereka, Lakon, adalah Lembaga Pelatihan Animasi di kota Solo, yang bertujuan menciptakan SDM animasi yang handal. Mereka sedang melakukan uji materi pembelajaran dan pelatihan animasi dengan video Lakon Pada Suatu Ketika itu, dan kebetulan booming. Berikut video Lakon Pada Suatu Ketika salah satu dari ribuan karya kreatif  anak bangsa Indonesia:





Dengan Cinta
-Kaan Kahfi-
------------------------------
With Love
-Kaan Kahfi-

Silahkan jalan-jalan ke Tulisan Kaan Kahfi lainnya. Atas kunjungannya saya haturkan banyak terimakasih.
ans!!